ASOSIASI PELAJAR INDONESIA
Blog resmi ASOSIASI PELAJAR INDONESIA
Kamis, 12 Juli 2012
Inilah Awal Pergerakan Kami (GATHERING PELAJAR INDONESIA DKI JAKARTA)
Asosiasi Pelajar Indonesia adalah Organisasi pelajar yang masih amat sangat muda dalam bergerak dibidang pelajar Indonesia.
didirikan dengan kesadaran para pelajar yang mempunyai mimpi besar MEMAJUKAN NEGARA INDONESIA pada tanggal 17 Mei 2012 di DKI Jakarta.
untuk memulai pergerakan kami demi mewujudkan mimpi para pelajar Indonesia "MEMAJUKAN NEGARA INDONESIA"
Asosiasi Pelajar Indonesia mengadakan sebuah acara yang berupa pertemuan pelajar Indonesia khususnya DKI Jakarta.
GATHERING PELAJAR INDONESIA DKI JAKARTA.
dengan tema BURNING SPIRIT INDONESIA
acara dilaksanakan mulai tanggal 28 Juli 2012 diJakarta Selatan.
dengan beberapa acara yang akan dilaksanakan pada GATHERING PELAJAR INDONESIA DKI JAKARTA :
1. Pembentukan kepengurusan Asosiasi Pelajar Indonesia - Regional
2. Buka Puasa Bersama Pelajar DKI Jakarta
3. Training Motivasi with YouthCare Indonesia. Yang langsung dibawakan oleh trainer muda MOKHAMAD KUSNAN.
dengan HTM sebesar Rp 20.000 kamu bisa mendapatkan berbagai macam ilmu dan manfaat dan tentu juga mendapatkan MPD (Mini Pocket Donatur)
acara yang dilaksanakan pada tanggal 28 Juli 2012 tersebut dikhususkan untuk para pengurus OSIS dan pengurus kegiatan ekstakulikuler.
sekian.
API.
Burning Spirit Indonesia.
Kamis, 28 Juni 2012
Cinta padaNya..
Seperti yang kita tau, cinta ialah fitrah yang ada pada diri kita sebagai seorang manusia yang diciptakan memiliki hati dan akal fikiran. Menurut beberapa ilmuan, mereka berpendapat bahwa cinta ialah suatu perasaan yang bergejolak ketika seseorang terkenang dan merindukan sesuatu. Atau cinta itu ialah suatu perasaan yang membuat kebahagiaan tersendiri. Cinta ibaratkan bunga mawar indah saat dipandang, harum dirasakan tetapi sakit apabila disentuh. Cinta tak dapat diukur besarnya, indahnya bahkan rasanya.
Semakin besar kecintaan maka makin indah kita rasakan. Lembut bagaikan kapas, indah bagaikan lantunan lagu, mengalir tenang bagaikan air. Kalau cinta itu berwujud makhluk ia bagaikan kupu-kupu, jika dihampiri ia akan lari tetapi jika dibiarkan ia akan datang dengan sendirinya.
Remaja zaman kini mengartikan cinta sama dengan sex, naudzubillah, tentu ini sangat menyimpang. Kecintaan akan tampak apabila adanya kasih sayang, perhatian dan lain sebagainya.
Jika kita memutar balikkan cinta yang biasa kita labuhkan ke hati manusia yang spesial di mata kita tentu berbeda terhadap kecintaan kita kepada Tuhan Sang Pencipta kita.
MAHABBAH
Begitu besar nikmat yang Dia beri, karena Dia kita bisa mencintai, karena Dia pula kita dapat merasakan indahnya rasa cinta itu. Tetapi terkadang kita menyepelekan itu semua. Kita tak begitu paham dengan kecintaan terhadap Tuhan yang sangat sayang kepada hamba-Nya.
Tetapi jika cinta kepada manusia, apakah ia selalu ada di saat kita membutuhkan? tentu tidak. Allah memberikan yang kita butuhkan bukan yang kita inginkan, karena Dia tau apa yang terbaik untuk hamba-Nya. Hidup dengan membanjiri kecintaan kita kepada Allah adalah suatu kebahagiaan tersendiri bagi kita. Kedamaian yang akan selalu menghiasi apabila keseharian kita penuh dengan kecintaan kepada Allah.
Tentu membaca surat cinta itu sungguh berbeda dengan surat yang lain seperti surat laporan atau hutang. Surat cinta dibaca dengan hati yang senang, berdebar dan senyum yang melebar, membaca surat cinta dari Tuhan pun pasti lebih indah dari surat cinta orang yang sedang kasmaran, terlebih lagi jika kita membacanya didahului dengan berwudhu, lebih afdhal dan lebih adem
.
Kalimat cinta Tuhan kepada kita tertuliskan indah dalam Al-Quranul karim sebagai Assyifa’ (obat) yang menenangkan jiwa, mentadabburi kalimat demi kalimat yang mengandung arti kasih sayang yang mendalam, kasih sayang untuk hamba-Nya yang tak terkira. Kalimat-kalimat yang tersusun sebagai pedoman hidup hamba-Nya di dunia hingga ia bahagia hidup akhirat kelak.
Berbicara dengan Rabb saat shalat, bersujud simpuh menghambakan diri kepada Rabbul ‘alamin, berdoa di saat susah dan senang dalam menghadapi problematika kehidupan, memohonkan agar hati ini dapat berlabuh kepada-Nya adalah suatu tuntutan. Sehingga saat kita mencintai seseorang, kita mencintainya karena Allah.
Saat hati senantiasa mengingat-Nya, jiwa terasa sangat tenang dan nyaman bertaqarrub kepada Rabbul Izzaty. Dalam sebuah syair di katakan “bila selangkah ku rapat pada-Mu, seribu langkah Engkau rapat padaku”. Begitu besar kasih sayang Tuhan kepada hamba-Nya. Hingga tak terhitung berapa besar nikmat yang telah kita rasakan sampai saat ini. Kita masih diberi kesempatan untuk menghirup udara dunia, masih bisa melihat keluarga, kawan dan orang-orang yang kita sayangi dan cintai. Begitu besar kecintaan-Nya justeru kita sering melupakan-Nya. Na’udzubillahi min dzalik
.
Sangat indah bila kita senantiasa berprasangka baik terhadap Allah. Jika kita menginginkan sesuatu yang belum dikabulkan, maka ingatlah ! “Allah memberikan apa yang kita butuhkan bukan apa yang kita inginkan “. I LOVE YOU ALLAH…..
oleh - Izzatul Fitriah - SMAIT Al-Hikmah
Brownies Kedua-Part 2
Kelas XI IPS 2 waktu jam istirahat.
“Woi, Sal, mau ikut ke kantin gak loe?” Widma membuyarkan teman kami yang satu itu dari lamunannya. (akhirnya dia diceritain juga)
“Eh, elo wid, sori-sori gua ngelamun, ayo aja. Lu mau bayarin?” Arsal balik bertanya. Pertanyaan klasik yang jawabannya selalu sama.
“Kayak lo baru kenal gua kemaren aja! Iyalah gua bayarin!” Statementnya mantap gan!
“Asiiik, lo emang dompet cadangan gua wid! Ayo..!” Ini agak nyindir loh.
“Iye-iye,” Widma menjawab singkat. Banyak versi lain kata-kata itu yang sudah ia dengar dari teman-temannya yang lain juga. Termasuk aku.
“Sip! Ayo caw!” Arsal bangkit dan berjalan di depan,” tunggu-tunggu, ajak si Munjad gak?”
“Di amah pasti udah duluan! Ayo ah buruan… keburu masuk nih” .
Di kantin.
Aku sedang hanya (kurang efektif nih kalimatnya) menatap hampa pada teman-teman yang sedang menikmati nasib baik mereka mempunyai uang jajan lebih. Meratapi nasib yang hanya punya uang jajan yang cukup buat ongkos serta makan siang. Dan juga memaksa diri bersyukur, dengan hal yang seharusnya disyukuri (bersyukur namun meratap, ahhh)
Begitu terpaku sampai kulihat sesosok malaikat pemberi rezeki datang. Sekejap saja membuat suasana begitu mellow. Terlihat begitu memelankan aktivitasnya sementara lagu-lagu slow mulai berputar. Wajahnyaa begitu bercahaya, dan alam sekitarpun mulai tampak sangat tenang. (ini alay serius deh) dan karena memang, ya, dialah malaikat rezeki ku yang datang atas perintah Tuhan untuk mengasihi kaum papa ini (lebay ‘nta ampun).
“Oi, jad! Lo udah di sini rupanya?” Ujar Arsal duluan.
“Iya, apa juga gua bilang sal…” Widma menggubris.
“Ya, emang sih gua daritadi di sini, tapi kan..lo bisa liat sendiri men, tak berdaya dompet gua menghadapi bibi kantin..” Aku sok diplomatis.
“Ah, gak usah banyak cincau deh, ambil gih,” Widma menggoyangkan kepala ke kanan. Pengganti jarinya untuk menunjuk kea rah makanan yang ada di kantin.
“Asiiik, ayo sal!”
“Eits, tapi lo jangan lupa, pesenan gue….”
*jeda 5 menit*
“Gak pake lama oke?”
Aku menelan luda. Pun Arsal.
“I..iya deh”.
Aku dan Arsal berbalik. Meninggalkan malaikat itu di kursi yang telah ia pilih sendiri dengan langsung, umum, bebas, jujur, dan adil (kayak pemilu deh)
“Bro, itu gak salah pesenan sebanyak itu? Lo hapal gak yang dia omongin tadi?” Aku bertanya pada Arsal.
“Ya enggak dong, kan dia yang bilang sendiri, nih gua hapal. Mie Sarimi isi 4 dua porsi, the gelas 3 botol, terus pisang goreng, tempe, bakwan, terus… terus apa lagi yak?” Arsal menggaruk kepala.
“Intinya kita pesen banyak aja deh sal, gua yakin dia juga gak hapal kok,” Aku berdiplomasi.
“Iya-iya jad”.
“Woi! Ngomongin apaan lo berdua? Buruan…!” Widma meneriaki kami dari belakang.
“Ini Wid, inget-inget pesanan kamu tadi,” ujar Arsal. Jawaban yang membuat kami tidak berbohong kan?
“Oh, iya-iya bagus, jangan lupa ya!”
“Beres bos!”
Aku tak mengerti mengapa tekadang orang yang baik terhadap kita tetap saja kita bicarakan kejelekannya di belakang kita. Entahlah, namun kalau yang ini emang udah keterlaluan sih. At last, okelah gak usah kita bahas.
Walhasil, hari itu aku kenyang banget. Tapi sebelum kita pergi ke part selanjutnya cerita kedua ini, aku ceritakan sebuah hal freak kecil yang mungkin bisa kita ambil hikmahnya.
“Mana uangnya wid?” Aku bertanya.
“Oh, ini-ini,” ia mengeluarkan dompetnya, namun kosong. Hari itu, Widma lupa membawa uang cash, maklum, 2 hari yang lalu baru dikasih kartu kredit.
“Alamak boi, ini gua lupa bawa uang cash. Gesek bisa gak ya?” ujarnya santai.
“Maksud lo? Apaan digesek? Fisika?” Aku lugu bertanya. Masih agak gaptek walau udah setahun gak mondok.
“Maksudnya kartu kredit jad…” Arsal menjelaskan sedikit.
“Ohhh…” aku mengangguk (agar terlihat) paham.
Akhirnya dengan segala tampang innocent dan merasa lebih gaul, kami bertiga mendatangi ibu kantin, bermaksud ingin membayar semua yang telah kami perbuat #eh?
“Bu, ini kami ingin membayar, pake ini” Widma menyodorkan kartu kreditnya. Kartu kredit bank BCA yang limitnya palingan cuma 5 juta-an (ngeri limit kartu kredit kan?). Kami kira si ibu kantin tidak akan mengerti, lalu membiarkan kami untuk berhutang dahulu, tapi ternyata…
“Kartu kredit ya? Maaf dik ibu gak ada alatnya, adik mendingan ke indomart dulu sana, tarik tunai! Baru bayar ke sini! Ibu gak terima hutang!”
Damn! Tau aja dia.
Akhirnya kami pun tarik tunai di Indomart. Membawa uang dalam jumlah yang cukup besar untuk membayar makanan kami tadi, kemudian mengeloyor pergi ke kelas masing-masing. Sungguh sebuah harga yang mahal. Namun mungkin tidak bagi si raja minyak Widma. Duitnya lancar.
Dan begitu pulalah kehidupan boi, aku tanya. Ada 2 kubu di sini, kami si miskin yang meratap, dan Widma si kaya yang boros. Lebih baik yang mana?
Pikirlah boi, lebih baik mana….
***
Aku kebetulan (sebenarnya emang takdir sih) sekelas dengan Ayi (kita kembali ke konteks awal). Dan takdirnya, aku dapat duduk pas di belakang dia. Alamak! Terkadang agak dag-dig-dug-seer juga ngelita tiap kali rambut dia tergerai. Macam Jessica Iskandar gituh. Di sini setiap kali ada kelas, selalu saja malaikat di kanan dan setan di kiri bertempur. Memperebutkan hati mantan santri sepertiku yang imannya masih terlalu mudah digoyangkan. Masih terlalu mudah diruntuhkan, terutama hanya untuk menikmati pemandangan indah sekilas di depan mataku. Ah!
Sementara kita beralih topik saja ke beberapa hal yang lebih serius. Sekarang sudah satu tahun 2 bulan kawan, semenjak Arsal berkata, bercerita padaku tentang apa yang ia rasakan terhadap bidadari di depan mejaku ini. Semenjak ia memang mengizinkan rasa kagum itu bermetamofosa menjado cinta. Namun entah cinta seperti apa yang ia tafsirkan, karena ia menyagkut-putkan tanggung jawab. Dan aku pun kini mulai mengerti banyak hal lagi. Tapi satu masalahnya.
Ini permainan apa?
Aku bingung dengan dia. Banyak hal yang masih belum kumengerti tentang dia. Précis mungkin seperti Nabi Musa a.s dan Nabi Khidir a.s, yang melakukan perjalanan panjang namun aneh. Tak masuk akal. Aku sebenarnya memang ingin saja langsung bertanya pada Arsal tentang gerangan apa yang ia rencanakan untuk perbuat. Namun aku mencoba untuk tidak mengulangi kesalahan Nabi Musa a.s dahulu sehingga perjalanannya hanya dicukupkan sampai di situ. Ya, aku mencoba berpikir dahulu sendiri.
Arsal, seingatku pernah berkata, ”let the questions answered by itself man..” yang membuatku merinding kala itu. Karena sebagian besar kata-katanya memang benar, meskipun ia bukan nabi.
Oh ya kawan, aku lupa bercerita kalau aku menjadi sekertaris OSIS. Ya setidaknya DPH bersama Arsal juga. Dan pastinya sama Ayi. Kalau Widma? Jangan tanya, dia sih gak jadi apa-apa (hehe, namanya juga kan figuran di sini). Dan di sinilah klimaks dari cerita ini. Saat semua perasaan itu terbongkar, jelas dan rapih. Bermula dari rapat DPH ini. Dikarenakan sebuah kecerobohan kecil yang memang sudah ditakdirkan. Tapi coba kau pikir, Cinderellah menjadi putri juga karena ia ceroboh menjatuhkan salah satu sepatu kacanya bukan?
Cerita ini hampir mirip.
***
Rapat Mingguan DPH OSIS
*Ini isi rapat yang gak penting menurut penulis, jadi kita langsung skip aja ke bagian yang pentingnya*
“Eh, jad. Ini data-data yang harus kamu rapihkan dan ketik. Ada juga data-data tahun lalu yang harus kamu ketik ulang karena gak ada soft copynya. Sori ya aku gak bisa bantu, harus pergi ke Pembina untuk meminta izin proker kita ini,” lagi-lagi ini adalah penjelasan yang lembut dari Ayi. Perintah yang selalu membuatku keteteran untuk mencerna ‘ni gua gak bisa nolak’ yang akhirnya membuatku patuh selalu. Ah, dia emang ketua yang baiks deh. #ups.
Aku menerima tumpukan kertas dari tangannya. Mencoba menyeimbangkan diri menahan beban tersebut sampai Ayi menimpali,” eh, lebay deh. Enteng kok”.
Dan memang ternyata itu enteng *tengsin*
“Eh, iya enteng ternyata….”
Ya, kawan , dari situlah aku tahu semuanya.
“Lo balik naek apa jad?” Arsal bertanya padaku saat aku berjalan pulang.
“Oh, biasa gua naek angkot. Kenapa emang?” tanyaku balik. Tumben-tumbenan ntu anak nanya beginian.
“Gua kasian aja ngeliat lu bawa ketikan berat-berat, mau gua anter gak naek motor gua?” tanyanya.
Coba lu bilang kayak gini ke Ayi aja, huh, pikirku.
“Eh, iya deh boleh,” aku sih meng-iya-kan aja. Lumayan kan gratisan?
*dibuatagakdramatisnih*
Sewaktu roda motor Arsal mulai secara perlahan membelah jalanan, aku telah siap dengan posisiku di boncengan belakangnya. Telah pas untuk selalu menyeimbangkan tubuh dari segala derajat kemiringan yang mungkin terjadi di saat motor melaju di tikungan atau apapun. Ya, sampai sebuah kemungkinan tipis terjadi. Di saat speedometer motornya membuat sebuah sudut yang agak besar, seekor kucing lewat di hadapan kami (aku masih inget tuh warnanya hitam). Hal tersebut otomatis membuat Arsal menarik dan menginjak (kan rem depan sama belakang sekaligus) pedal rem motornya. Mebuat kami berhenti mendadak sehingga sesuai hokum kelembaman Newton, kami terlempar ke depan. Sebenarnya bukan kami sih, tapi ketikan itu.
Terlempar sehingga berceceran jatuh. Aku refleks turun dari motor dan memungutinya. Pun dengan Arsal. Satu lembar, dua lembar, tiga, namun yang keempat aku melihat lembar yang berbeda.
‘Saat penyair kehabisan kata-kata’
Aku membaca judul tersebut dengan perasaan setengah bingung. Ini naskah salah masuk yak? Kuputuskan untuk memberitahu Arsal.
“eh sal, lu tau naskah ini kagak? Masuk tugas gue gak sih?” Aku menyodorkan naskah tersebut kepada Arsal. Kami pun membacanya berdua. Agak melupakan kertas-kertas lain yang masih berceceran.
Katakanlah, cinta
Kau adalah penyair kawakan
Aku selalu menikmatimu dari kejauhan
Menikmati setiap tutur kata lembutmu
Yang bagiku semua
Semua katamu adalah syair
Namun katakanlah cinta
Apakah kau penyair yang kehabisan kata-kata?
Sampai selama ini aku tak pernah kau beritahu
Syair terindahmu
Saat kau katakan kalimat itu
‘Aku cinta kamu’
Coretan Curhatku sal,
Ayi
Kami berdua speechless kawan. Memaku pandangan kami pada tulisan sederhana itu. Mengetahui semua maksud dan apa yang tersembunyi selama ini. Arsal, kawanku. Dialah sang penyair yang disebut itu! Ya, kupikir memang barulah bila Ayi yang berkata seperti ini ia akan menjawab mengapa. Bukan aku yang bila bertanya akan hanya selalu ditanggapi dengan senyuman tipis.
Dan seakan bumi berputar lebih cepat. Arsal memejamkan matanya, kemudian meneruskan pemungutan yang tadi sempat terhenti.
Hey! Apa reaksinya?
Tak ada. Setidaknya belum.
“Ayo jid, kita pulang,” ujarnya setelah semua berkas beres. Ia memberikannya padaku dan kembali menaiki motor. Sementara itu, aku masih saja diam terpaku atas apa yang aku lihat kali ini.
“Ayo! Kau mau pulang tidak?!” Arsal menaikkan suaranya.
“Eh, iya,” segera kunaiki lagi boncengannya itu. Motor pun kembali melaju.
Setidaknya kami perlu istirahat untuk hari ini.
***
Jakarta 6 tahun kemudian…
“Hei, jid! Masih kenal gua gak?”
Aku tersentak oleh sebuah tepukan keras di pundakku. Refleks, aku menoleh ke belakang dan melihat apa yang tak kupercayai lagi selama bertahun-tahun.
“Arsal?? Lo Arsal kan?” Semenjak kejadian ‘penyair’ itu, aku memang tidak pernah melihatnya lagi. Ia menghilang begitu saja. Membuat kami penasaran. Namun menurut informasi yang beredar, ia pindah ke Australia. Tinggal bersama pamannya di Melbourne. Melanjutkan studi yang lebih intensif di sana.
Dan semenjak saat itu, aku tidak pernah percaya lagi dengannya. Semua yang pernah kami lakukan bersama. Semua petuah-petuahnya, semua hanyalah BULLSHIT! Jelas-jelas ia lari dari masalah. Tak ada kabar berita, ia seperti begitu takut dengan cinta. Ia seperti…. Ahh, seorang laki-laki yang tidak berani mengungkapkan cintanya?? PENGECUT. Aku mengumpatnya nonstop selama seminggu sehabis itu. Merobek semua foto yang kupunya tentangnya. Untuk apa punya teman yang seperti itu?
Dan memang, bukan hanya aku, Widma juga, teman-temanku yang lain juga. Apa itu brownies?? Omong kosong! Aku tidak percaya lagi dengannya!.
Terlebih lagi seseorang yang teluka. Seseorang yang selalu menunggu ia untuk mengungkapkan cintanya. Ayi yang selama ini selalu menunggu dengan sabar. Mengapa sang penyair tak pernah mengeluarkan kata-kata terindahnya? Aku juga hanya bisa menarik nafas.
Setelah kelulusan, aku tak pernah bertemu dengan teman-teman lamaku di SMA. Walaupun tetap berkuliah di Jakarta, tak ada yang satu kampus denganku. Karena mereka kebanyakan memilih untuk mengambil kuliah di Luar Negri (maklum orang kaya). Dan aku sang korban takdir, tak bisa jauh-jauh berkuliah meninggalkan ibukota.
Ayi melanjutkan kuliahnya di Singapura. Widma di Prancis. Dan yang lainnya entahlah. Aku tak terlalu memikirkan mereka. Kami menjalani kehidupan masing-masing. Berpisah entah sampai kapan.
Dan hari itu, tepat 6 tahun semenjak insiden penyair tersebut, aku melihat Arsal kembali. Ya, dirinya masih utuh. Masih segar seperti dulu. Dan entah karena dorongan apa, pertama kali aku melihatnya lagi semua amarahku sirna. Luluh oleh kekuatan persahabatan yang kami miliki. Kami saling berpelukan. Erat sekali.
“Oh ya, aku lupa memperkenalkan,” Arsal membawa seorang wanita,” dia istriku”.
Dan aku terpaku melihat Ayi di sana.
***
*santaibro,masihadalanjutannyakok*
03.07 AM
Hasil buatan : M. Azzam Rofiullah - Pemenang Penulis Cerpen Juara 1 asal MTs. Husnul Khotimah Kuningan Jawa Barat
Brownies Pertama-Part 1
And… perkenalkan kawan, namaku (masih) Munjad. Kisah ini adalah bagian kedua dari kisahku yang pertama, Brownies Terakhir. Bagi kalian yang sudah membacanya, kalian pasti tahu bahwa kisah ini bercerita tentang makna cinta.. Aku dahulu bukanlah orang yang suka berpikir dan berfilosofi tentang cinta. Namun entah mengapa takdir membawaku menjadi seorang saksi dalam kisah tentang rasa berlambang hati tersebut. Dan semenjak itulah akhirnya aku mulai memikirkan tentang makna cinta sebenarnya. Untuk kalian yang baru membaca, kuharapkan kalian tidak akan bosan dengan serial-serial brownies yang lainnya ya. Enjoy.
Kisah ini bermula saat aku mulai memasuki jenjang selanjutnya dalam karir pendidikanku. Jenjang SMA. Meski agak canggung saat pertama kali memakai seragam putih abu-abu, dalam beberapa hari saja aku sudah mulai terbiasa. Terlebih saat aku mendapat teman baru yang… unpredicted deh. Dikarenakan bersekolah di SMA swasta terkemuka di Jakarta (caelah gua gak mau sombong sebenarnya), ***school namanya. Kali ini aku berkenalan dengan Arsal. Kebetulan dia memang chairmate-ku, jadi otomatis dialah teman pertama yang aku kenal di sekolah ini. Orang kedua yang kukenal adalah Widma. Dia Treatmate ku, tahulaaah… yang suka jajanin maksudnya. Kebetulan di antara kami bertiga dialah yang mempunyai dompet paling tebal. Maklum, anak DPR. Hehe, terlalu baik dia.
Kamilah tiga sekawan baru yang termakan kata-kata dalam buku ‘sang pemimpi’. Berlagak seolah kami adalah Ikal, Arai, dan Jimbron. Tentu saja karena aku yang menceritakan kisah ini, maka akulah Ikal. Dan sesuai yang bisa kalian tebak, Arsal adalah Arai dan Widma adalah Jimbron. Ya, dan sepertinya memang kisah ini pun serupa. Aku kenal salah seorang teman sekelas—perempuan—namanya Ayi. Shahifah Wahyi. Si gadis primadona yang ternyata juga adalah anak bapak kepala sekolah kami. Dan seperti yang mudah kalian tebak pula, Arsal menyukai gadis itu. Sangat menyukainya sebagaimana Arai menyukai Zakiah Nurmala. Dan kali ini nama-nama itu memang terkesan mirip. Nama si tokoh laki-laki yang terkesan berani, juga nama perempuan yang terkesan anggun. Mungkin inilah regenerasi. Arai menjadi Arsal, Mala menjadi Ayi. Ah, entahlah.
Namun kisah ini beda dengan cerita di novel itu, kawan. Dan lagi-lagi melibatkan brownies. Oke-oke, mari kita mulai saja awal ceritanya.
Hari pertama bersekolah, seperti yang sudah kuceritakan, aku pertama kali mengenal mereka berdua, Arsal dan Widma. Baru setelah itu perkenalan di depan kelas yang kami lakukan membawaku pada nama-nama lain. Termasuk nama itu, ya.. Shahifah Wahyi. Nama yang meretakkan hati Arsal saat pertama kali melihatnya. Garis bawahi ini, ‘saat pertama kali melihatnya’. Munkin di antara kalian ada sebuah pedebatan, apakah benar bahwa love in first sight itu benar adanya? Masa’ baru pertama kali langsung jatuh cinta gitu? Aku punya jawabannya kawan.
6 bulan setelah itu, aku mengetahui bahwa sejak awal Arsal masih menyukai gadis itu. Sampai sekarang, dan mungkin di dalam pikirannya, ‘sampai kapanpun’.
Begitu eloknya rasa itu, Arsal masih menyimpannya erat. Meskipun aku tahu, sangat tahu, seperti yang telah dilakukan banyak teman-temanku, ia ingin menyatakannya. Memang banyak teman-teman yang sudah melakukan hal itu, dan mereka—entahlah—ada yang berpacaran, TTM, atau masih banyak istilah baru yang tak aku mengerti. Ada-ada saja anak muda zaman sekarang.
Orang berkepribadian seperti Arsal yang menyukai tantangan entah mengapa ciut saat berhadapan dengan hal ini. Aku pun sebagai teman baiknya tak mengerti. Yang kutahu memang hanya sebatas itu, ya, tak banyak isi hatinya yang ia curahkan.
Emm, mengenai Widma, biarkanlah ia berlalu ya, tak usah kita ceritakan dahulu. Nah, kembali lagi kepada Arsal. Asal kau tahu kawan, dalam 6 bulan pertama kami, kami telah melewati berbagai macam hukuman yang memang sebenarnya sih gara-gara salah kami sendiri. Aku yang terbawa oleh pemikiran Arsal. Yang tak monoton, selalu mencoba hal-hal baru, yang kenyataannya selalu saja membawa sial. Arsal dengan entengnya menjawab ketika ditanya. “Buatlah kenakalan, asalkan itu kenakalan yang cerdas”. Kami memang terkadang melewati hari dengan berbagai macam percobaan unik. Yang orang lain sebut itu kenakalan. Namun di atas semua itu Arsal memandangnya dari sudut yang berbeda. (lagi-lagi) Entahlah.
Kuberi contoh. Kami membuat sebuah alat pengukur tekanan angin sederhana yang kami pelajari dari buku alat-alat fisika di perpus. Lalu Arsal bersikeras untuk mencobanya ke salah satu ban mobil di parkiran sekolah. Aku pun menyerah dan mengikuti sarannya setelah beberapa saat mengadu argumen. Pada saat yang tepat, kami pun melakukan pengetesan tersebut. Tanpa kami sadari ternyata alat itu malah menurunkan terkanan yang ada dalam ban mobil tersebut, tanpa bisa menaikkannya. Akhirnya dengan segala perasaan bersalah yang kami sembunyikan, kami pergi tanpa permisi, meninggalkan ban tersebut teronggok tak berdaya tanpa tekanan angin. Kempes kerontang (emang ada ya?). Nahasnya, percobaan kami tersebut ketahuan, dan yang lebih parahnya lagi, mobil tersebut ternyata adalah milik kepala sekolah! Aduh tengsin deh. Bapaknya Ayi tuh. Walhasil kami pun di sidang di ruangan beliau sepulang sekolah. Galak banget gila. Gak kebayang kalo punya mertua kayak gitu (ini kok tiba-tiba bahasanya gak formal ya?). Singkat cerita, akhirnya kami pun dibebaskan setelah Ayi datang dan mengajukan banding (hoho). Ayahnya tersebut dengan lembut ia redakan amarahnya, dan kami disuruh bertanggung jawab dengan mendorong mobil tersebut ke bengkel terdekat -_- (ini pake emot lagi).
Begitulah, semenjak kejadian tersebut kami menjadi dikenal oleh kepala sekolah. Kalian pasti tahu konsekuensinya kan, kalau terkenal seperti itu? Maksudnya kami sudah di-cap sebagai anak kurang ajar yang… ya begitulah. Terkenal buruk.
Di sisi lain semenjak kejadian tersebut Arsal mengalami ‘ls’ yang mulai memasuki stadium lanjut. Hanya gara-gara dapat senyuman “sabar ya, jangan diulangi, ayah emang gitu kok” dari Ayi. Huh.
Sebenarnya itu kejadian 2 bulan yang lalu. Yang membuat Arsal seolah-olah berada di atas angin. Padahal memijak tanah saja belum benar. dan sekarang, 6 bulan semenjak rasa cintanya pertama kali tumbuh, Arsal tetap hanya bisa menutup mulut. Mengunci hatinya, walaupun sebenarnya ingin. Aku sebenarnya tak mengerti apa yang ada dalam pikirannya, hingga suatu saat ia berkata padaku. Menjelaskan perihal perkara ini. Dan ini pulalah jawaban kalian.
“Boi, gue tau apa yang lagi loe pikirin” ujarnya saat istirahat sekolah padaku.
“Emang apaan sal?” aku bertanya.
“Lu pasti lagi mikirin jorok kan?”
“Ett buset dah lu, gua kan dulu santri, kagaklah masalah begituan mah”.
“Hahaha,” ia tertawa,” Ialah gua kan cuman bercanda”.
“Eh tapi Sal, ia sih gua emang lagi mikirin sesuatu”.
“Hmm, apaan tuh?”
“Gua lagi bingung Sal”.
“Iya bingung kenape?”
“Gua bingung, bisa gak sih orang jatuh cinta pada pandangan pertama. Maksudnya tuh kan… ya begitulah, lu pasti ngerti”.
Ia menggaruk kepala sebentar,” ah bilang aja lu mau tentang gue sama Ayi kan?”
Oi, ketebak,” haha, tau juga lu. Tapi pertanyaan tadi”.
“Begini boi, tiap orang itu bukan jatuh cinta pada pandangan pertama. Makna cinta tuh luas. Gak mungkin dia langsung ‘ada’ begitu aja. Perlu proses. Jadi tepatnya kalo lu liat cewe pas pertama kali, perasaan itu bukan cinta. Lu hanya sekedar ‘kagum’. Entah sama kecantikannya, atau pada kepintarannya, atau lu malah kagum sama kejelekannya, terserah lu, kan itu selera lu. Nah, yang jadi masalah adalah, ‘apakah kita membiarkan rasa itu berlarut atau enggak’. Kalau lu biarin itu menguap begitu aja, yaudah hilang tuh rasa. Tapi ketika kita ‘mengijinkannya’ untuk tumbuh, maka dia akan berproses dengan sendirinya, dan lama kelamaan baru deh tuh cinta tumbuh”.
Aku terbengong, masih terpaku dengan penjelasan panjangnya tentang cinta,” terus kalo lu ama Ayi itu cinta bukan?” ini pertanyaan spontan.
Kulihat pipi Arsal memerah,” kau tahu, masalah cinta adalah masalah ‘tanggung jawab’. Kau lihat aku orang yang bertanggung jawab?”
“Emm.. menurutku kau tidak bertanggung jawab sama sekali malah. Belum tepatnya”.
“Nah, kalau begitu tinggal kau pikir, apakah rasa milikku itu cinta atau bukan”.
Percakapan ditutup.
Arsal pergi keluar kelas, meninggalkanku dengan segepok pertanyaan baru. Ini kok malah pergi ke masalah tanggung jawab? Ah, aku memang harus lebih banyak belajar. Kemudian gelap. Aku tertidur. (Ini gaje)
***
*Ini sebenarnya bingung, bagaimana cara mengaitkan cerita ini dengan brownies ya?*
Hari-hari berlalu begitu saja. Arsal masih tetap seperti biasa, tak berubah. Aku juga seperti biasa aja. Perasaanku mengatakan bahwa hanya sedikit yang berubah dalam waktu dekat ini. Sudah semester 2. kami mengikuti program penjurusan. Aku, tentu saja mengambil IPA. Namun entah mengapa si idiot Arsal malah mengambil jurusan IPS, padahal kemarin sewaktu semester 1 ia ranking 2 di kelas. Rangking 1 nya? Ya tentu saja aku. Hohoho.
Tapi ini serius, itu kok si idiot malah mengambil IPS yak? Aku bingung sendiri jadinya. Teman-teman juga. Di benak kami IPS bukanlah jurusan apa-apa. Ia hanya jurusan yang dimasuki oleh orang yang sudah kepepet tidak bisa berhitung, dan isinya sudah pasti orang-orang yang terbelakang nilainya.
Namun ketika ditanya alasannya, Arsal hanya tersenyum. Aku merasakan ada sesuatu yang ia sembunyikan. Sesuatu yang besar yang mungkin akan jadi kenakalan kami selanjutnya. Ah, biarlah. Masalah dia ini.
Waktu pun terus bergulir. Kami menginjakkan kaki di kelas 2 SMA. Akan ada pemilihan ketua OSIS dalam waktu dekat ini. Dan aku sudah pasti bisa melihat siapa kandidat terkuat. Arsal.
Ya, siapa lagi?
Ini ceritanya aku menjadi ketua tim suksesnya dia. Di sekolah kami memang ada semacam kampanye untuk menjelaskan visi misi bagi tiap calon ketua OSIS. Namun ternyata di luar dugaan, ada kandidat kuat lain. Siapa? Siapa lagi kalau bukan si bidadari anak kepala sekolah itu.
Ayi mendapat dukungan dari sebagian besar anak perempuan. Mereka memang mengenal pribadi Ayi yang selalu mensupport siapapun dan mampu menjadi teman yang baik dalam keadaan apapun ^ingat pembelaan dia saat kami disidang?^. Caelah, pikirku, memang dibandingkan Arsal yang hanya mengandalkan karismanya sebagai orang yang ‘dituruti’ sama anak-anak ^karena memang kebanyakan pemikirannya itu asik^ Ayi lebih memiliki kesempatan untuk menang. Namun aku sebagai ketua tim sukses tak mau mengalah begitu saja. Maka aku sudah menyiapkan scenario untuk kampanye nanti. ^ini sebenarnya ide Arsal sih^
And when the show goes on, aku melihat dengan jelas bagaimana hal itu terjadi. Sebuah sentuhan yang Arsal lakukan untuk menjelaskan dengan baik visi misinya. Membuat segala hal tampak sederhana. Cermatilah kawan.
“Dan untuk kandidat selanjutnya, Arsal, dipersilahkan untuk maju ke depan..” Ujar MC, menggema ke seluruh aula yang menjadi tempat acara kampanye berlangsung. Semua hadir di sana. Kecuali kakak kelas tentunya. Kami selaku tim sukses agak deg-degan tentu saja.
Arsal bersungut dari tempat duduknya dan berjalan tegap ke depan podium. Para siswa melihat terpaku. Tentu saja. Dia kan yang suka melanggar itu. Teman baikku tersebut membawa sebuah kotak hitam, yang sudah kami persiapkan sebelumnya.
“Assalamualaikum wr. wb. Hadirin yang terhormat. Perkenalkan, nama saya Arsal. Saya di sini ingin menyammpaikan kepada kalian semua tentang visi misi saya bila terpilih menjadi ketua OSIS tahun ini,” ia mengucapkan kata-kata itu dengan lancer.
“Visi misi saya adalah ini,” ia berujar sambil membuka bungkusan yang menutup kotak yang ia bawa,” sebuah brownies”.
Hadirin berbisik-bisik.
Idih, apa nyambungnya?
Walahh, ni anak udah gila apa? Masa kue jadi visi misi
Serius tuh.
Aku melihat wajah Arsal terias senyum,” tentu saja, mungkin hadirin sekalian heran, mengapa brownies? Maka izinkan saya menjelaskan filoshofi brownies ini,” ia agak menarik nafas, pun aku,” as we know, brownies awalnya adalah sebuah kue yang dianggap gagal. Gagal karena penciptanya lupa memberikan baking powder pada saat membuatnya. Namun oleh penciptanya, brownies diperkenalkan sebagai kue yang memiliki sebuah cita rasa yang khas, sehinnga orang-orang kini dapat mengenalnya sebagai sebuah kue yang populer karena memang, ia sangat enak”.
“Begitu pulalah visi misi saya. Saya akan berbuat sebagaimana seorang pencipta brownies yang selalu melihat segala sesuatunya dari sudut pandang yang lain. Saya akan mengubah sisi negative dari segala sesuatu dan melihatnya dari kacamata yang berbeda”.
Dan ini kalimat pamungkasnya,” Saya akan mengubah segala kesalahan yang tadinya tidak dianggap, untuk menjadi hal yang bisa memajukan sekolah kita ini. Saya ‘akan’, terima kasih. Assalamualaikum”.
Dan begitu saja Arsal turun dari podium, diiringi riuh tanda tangan dari para penonton. Oke, ini adalah sebuah kampanye paling ‘memorial’ bagiku. Paling visual. Yang tidak ribet, singkat, padat, dan mudah dimengerti. Aku yakin, sebagai ketua tim sukses Arsal, kami akan menang dalam pemilihan ini.
Kini giliran Ayi. Oke, mari kita lihat apa yang dia punya untuk mengalahkan kami. Let’s see.
“Assalamualaikum wr.wb”.
Kubu pendukungnya menjawab salam itu dengan antusias. Bukan antusias mungkin, tapi histeris *maklumkanmayoritascewek*
“Perkenalkan nama saya Shahifah Wahyi. Di sini saya akan menyampaikan visi misi saya sebagai calon ketua OSIS tahun ini”.
Iya apa?? Aku sudah tidak sabar. Kulihat Arsal hanya tersenyum menatap pujaan hatinya itu berbicara. Dan hal yang tak kusangka itu ternyata ada.
“Saya akan menunjukkan kepada kalian, ini,” ujarnya sambil memegang ujung matanya dengan jari telunjuk. Dan yang tidak kami duga, setetes air jatuh dari ujung jari telunjuk lentiknya tersebut.
“Ini adalah air mata saya,” suaranya agak sengguk deh,” lambang dari sebuah pengorbanan yang akan saya lakukan untuk sekolah ini. Kalian bisa lihat sendiri, saya akan melayani kalian dengan sepenuh hati, dan seperti yang kalian tahu, itu tadi sudah mewakili semua visi yang telah kandidat lain sampaikan pada kesempatan kali ini. Kerja yang sepenuh hati. Terima kasih. Assalamualaikum wr.wb”.
Ya, dan kali ini riuh rendah kembali terdengar dari pertemuan kedua telapak tangan yang ditepuk. Namun lebih keras. Lebih ramai, dan pastinya lebih histeris dari saat giliran Arsal.
Ah, memang.
Vote pun dimulai. Aku tahu ini akan jadi bagian yang paling menentukan untuk kelangsungan semuanya. Aku masih melihat Arsal yang memegang kotak browniesnya erat. Menunggu hasil yang akan kami peroleh. Dan… jreng-jreng!! (alay amat) resultnya adalah:
Peringkat 1: Shahifah Wahyi
Peringkat 2: Arsal bin fulan (:p nama yang ngasal)
Peringkat 3: Kandidat lain
Peringkat 4: Kandidat lain
Oh, damn! Kami kalah!
Aku menatap Arsal yang hanya tersenyum melihat hasil penghitungan suara tersebut. Jelas, sebenarnya peringkat dua akan tetap menjadi wakil ketua OSIS. Namun tetap saja kan target kami peringkat satu? Ini mengecewakan!
“Sal, kita belum menang,”ucapku.
“Kau tahu jad?” ia malah bertanya begitu.
“Apa?”
“Ayi memang pantas menang”.
“Tapi kan?...” Aku tak digubris.
Arsal berdiri dan menghampiri Ayi yang sedang dihujani salam selamat dari para pendukungnya. Ada yang memeluk malah. (aduh pengen dipeluk juga nih jadinya) #ups.
“Ayi?” Arsal berkata. Membuat orang-orang yang tadinya ramai menjadi diam. Sunyi senyap speechless melihat kedatangan Arsal #terlaludramatisgak?
Aku sudah berpikir jauh aja tuh. Kukira Arsal akan menyatakan cintanya sekarang. Momentnya dapet sih. Tapi kan… ternyata emang aku salah.
“Selamat ya, ini buat kamu,” Arsal menyodorkan kotak brownies itu,” selamat jadi partnerku, semoga kita bisa bekerja dengan baik kedepannya”.
Alamak! Ternyata kayak gitu.
“Oh iya-iya, kamu jadi wakil ya? Sama-sama! Nanti kita jadi partner oke?” Ayi memang hangat. Ia terima kotak itu dan menjabat tangan Arsal. Tak terlihat sedikitpun tenda-tanda paksaan dalam senyum indahnya. Dan harus kuakui juga, ia manis. #ohjangansampeguajatuhcintasamadia
Dan itulah sekilas cerita tentang brownies pertama. Tunggu kelanjutan ‘apa yang akan terjadi’ pada brownies kedua. Insya Allah gak lama kok terbitnya. :)
*inimalahjadiseriallagi-_-*
***
(ADA LANJUTANNYA)
Rabu, 27 Juni 2012
Kemah Gabungan Pelajar SMP se-DKI Jakarta
YouthCamp2012.
Kemah gabungan pelajar SMP se-DKI Jakarta...
semangat yang dimiliki para pelajar Indonesia yang siap merubah Indonesia..
acar yang diselenggarakan di BUPER RAGUNAN tanggal 25-27 Juni 2012.
Super Training Motivation
Muhasabah...
Wisata Kematina.. acara paling seruu....
Senam Pagi and Direct Selling
Kemah gabungan pelajar SMP se-DKI Jakarta...
semangat yang dimiliki para pelajar Indonesia yang siap merubah Indonesia..
acar yang diselenggarakan di BUPER RAGUNAN tanggal 25-27 Juni 2012.
Super Training Motivation
Muhasabah...
Wisata Kematina.. acara paling seruu....
Senam Pagi and Direct Selling
Taqwalah wahai temanku..
Yaa Hayyuhalladzina Amanu, Itaqullah haqqatuqatih..Walatamutunna Illa
wa antum muslimun..Kata-kata tersebut sering kali dibacakan saat sholat
jum'at, ajakan dan perintah bagi orang-orang yang beriman untuk
bertaqwa kepada Allah swt..Siapakah orang yang beriman itu? mereka
adalah musilimin dan muslimat
Siapakah muslimin dan muslimat itu? mereka adalah orang yang percaya dengan Allah swt, Nabi Muhammad saw sebagai rasulnya, dan Al-Quran sebagai pedoman hidupnya.. Tua hingga muda.. Laki-laki dan perempuan..Sekarang kita bandingkan dengan keadaan pelajar sekarang di Indonesia.. Astagfirullah..
Jika pemimpin kita mampu meneladani para Khalifah, mereka pasti tak sanggup, tak sanggup menanggung dosa dari para rakyatnya, pelajar tersebut..
Tawuran, Narkoba, Geng, Seks, Kejahatan
Pasti terbayang oleh pemimpin tersebut, betapa banyaknya dosa yang di pikulnya..
Kecuali, dia berusaha dan istiqomah untuk membenahi hal itu.. Bahkan jika ia gagal..Sekarang pertanyaannya adalah, dari manakah hal itu bisa didapat oleh pelajar?Hal terpenting dalam dunia kekarakteran remaja bukan pendidikan, namun pergaulan..Lebih baik 1 perkumpulan menjadi para pemimpin yang baik..
Dari pada jutaan perkumpulan menjadi perusak bangsa..
Sekarang, kita harus bisa berjuang merubah mereka ini..Merubah pergaulan yang tadinya keloyoran sampai malam,Jadi tahajjud malam di masjid..
Yang dari pacaran di tempat romantis,
Jadi membaca quran bareng-bareng..
Yang dari belajar kekerasan,
Jadi belajar tilawah qur'an..
Semoga, masih adanya orang-orang yang peduli terhadap hal ini..
Semoga, masih ada orang yang ingin melihat pelajar Indonesia berakhlaq mulia..
Semoga, masih maunya mereka berbakti kepada para pelajar ini..
Semoga, masih banyak para pelajar yang bersih dari hal itu..
Apakah kita bisa untuk mengemban misi kita? Insya Allah kita bisa, karena Allah Mahatahu, Allah tahu sampai dimana potensi dan kemampuan kita. Jika kita tidak merasa mampu berarti kita belum benar-benar mengoptimalkan potensi kita..
-NN-
Siapakah muslimin dan muslimat itu? mereka adalah orang yang percaya dengan Allah swt, Nabi Muhammad saw sebagai rasulnya, dan Al-Quran sebagai pedoman hidupnya.. Tua hingga muda.. Laki-laki dan perempuan..Sekarang kita bandingkan dengan keadaan pelajar sekarang di Indonesia.. Astagfirullah..
Jika pemimpin kita mampu meneladani para Khalifah, mereka pasti tak sanggup, tak sanggup menanggung dosa dari para rakyatnya, pelajar tersebut..
Tawuran, Narkoba, Geng, Seks, Kejahatan
Pasti terbayang oleh pemimpin tersebut, betapa banyaknya dosa yang di pikulnya..
Kecuali, dia berusaha dan istiqomah untuk membenahi hal itu.. Bahkan jika ia gagal..Sekarang pertanyaannya adalah, dari manakah hal itu bisa didapat oleh pelajar?Hal terpenting dalam dunia kekarakteran remaja bukan pendidikan, namun pergaulan..Lebih baik 1 perkumpulan menjadi para pemimpin yang baik..
Dari pada jutaan perkumpulan menjadi perusak bangsa..
Sekarang, kita harus bisa berjuang merubah mereka ini..Merubah pergaulan yang tadinya keloyoran sampai malam,Jadi tahajjud malam di masjid..
Yang dari pacaran di tempat romantis,
Jadi membaca quran bareng-bareng..
Yang dari belajar kekerasan,
Jadi belajar tilawah qur'an..
Semoga, masih adanya orang-orang yang peduli terhadap hal ini..
Semoga, masih ada orang yang ingin melihat pelajar Indonesia berakhlaq mulia..
Semoga, masih maunya mereka berbakti kepada para pelajar ini..
Semoga, masih banyak para pelajar yang bersih dari hal itu..
Apakah kita bisa untuk mengemban misi kita? Insya Allah kita bisa, karena Allah Mahatahu, Allah tahu sampai dimana potensi dan kemampuan kita. Jika kita tidak merasa mampu berarti kita belum benar-benar mengoptimalkan potensi kita..
-NN-
Langganan:
Postingan (Atom)